Minggu, 10 Juni 2012

HAMA-HAMA PENTING PADA TANAMAN JAMBU METE

HAMA-HAMA PENTING PADA TANAMAN JAMBU METE
1. Cricula trifenestrata Helfer (Lepidoptera: Saturniidae) Hama ini disebut juga ulat kipat atau ulat kenari. Ulat hama ini sangat rakus dan bersifat polifag. Selain jambu mete ulat ini juga menyerang kenari, alpukat, jambu, kedondong, mangga, kakao, dan kayumanis.

Ngengat
Ngengat berwarna coklat agak kemerahan, aktif malam hari dan tertarik pada cahaya lampu. Ngengat betina berukuran lebih besar dan berwarna lebih tua dari yang jantan, rentang sayap antara 61,6 - 84,2 mm dengan 3 bercak transparan pada sayap depan. Ngengat bukan penerbang yang baik dan berumur sekitar 1 - 5 hari. Ngengat betina mulai bertelur pada hari kedua. Ngengat betina yang tidak kawin juga bertelur meskipun tidak menetas. Siklus hidup dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu udara dengan rata-rata 63 - 77 hari.

Telur
Telur diletakkan oleh induknya secara teratur, disusun rapi pada pinggiran daun sebelah bawah atau tangkai daun dalam jumlah yang banyak. Jumlah telur mencapai 200 - 325 butir per induk dengan fertilitas tinggi. Telur yang baru diletakkan berwarna putih agak kuning muda kemudian menjadi kelabu. Bentuk telur bulat agak gepeng yang mempunyai noda atau titik hitam pada salah satu ujungnya. Telur menetas setelah 7 hari. Stadia telur sekitar 8 - 11 hari.
 
Ulat
Ulat yang baru menetas berwarna kuning muda, bergerombol makan kulit telur. Setelah ganti kulit ulat instar ke-2 ini mulai menyerang daun muda dari bagian bawah secara bergerombol dan akhirnya juga menyerang daun tua. Ulat yang lebih besar makan seluruh bagian daun kecuali tulang daun, sehingga tanaman akan gundul. Pada pertumbuhan penuh (instar 5) ulat mempunyai strip merah dan bintik-bintik putih yang penuh dengan bulu-bulu halus berwarna putih. Bagian kepala dan perut sebelah bawah serta ujung abdomen berwarna merah. Pada pertumbuhan penuh ukuran ulat dapat mencapai 5 - 7 cm. Stadia ulat sekitar 25 - 35 hari. Menjelang berkepompong ulat tidak makan, bergerombol dan berbondong-bondong mencari tempat yang cocok untuk berkepompong. 
 
Kepompong
Kepompong berbentuk jala yang rapat berwarna kuning emas. Pupa berwarna coklat. Dalam keadaan normal stadia pupa antara 21 - 26 hari, tetapi apabila keadaan tidak menguntungkan dapat sampai 2 - 3 bulan. 

2. Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae)
Ada 3 species Helopeltis yang diketemukan pada tanaman jambu mete, yaitu: H. schoutedeni Reuter, H. anacardii Miller, dan H. antonii Signoret. Nympha dan imago mengisap cairan tumbuhan pada daun, pucuk muda, tunas, bunga, biji/gelondong, dan buah. Air liurnya sangat beracun dan tempat yang terkena menjadi melepuh dan berwarna coklat tua. Buah yang terserang berbecak coklat/hitam. Serangan pada gelondong dapat mengakibatkan gugur. Daun yang terserang terhambat pertumbuhannya dan menjadi kering. Kadangkala bekas tusukan serangga ditandai oleh keluarnya gum. Serangan yang parah pada tunas dapat mengakibatkan kematian pucuk. Bunga-bunga yang terserang berubah menjadi hitam dan mati. Populasi hama ini mencapai puncaknya pada akhir musim hujan.

Nympha dan Imago
Ciri khas serangga ini adalah adanya jarum yang tegak pada bagian toraks/ punggung. Hantonii berwarna coklat kemerahan dengan kepala hitam, toraks merah dan perut warna hitam dan putih dengan ukuran sekitar 7 - 10 mm dan antena hampir dua kali lebih panjang. Nympha terdiri lima instar diselesaikan dalam waktu 10 hari. Imago betina dapat hidup selama 7 hari sedangkan yang jantan rata-rata selama 9,5 hari. Total siklus hidup antara 22 - 35 hari tergantung kondisi daerah setempat.

Telur
Telur diletakkan pada pucuk daun dan pada jaringan muda yang masih lunak. Jumlah telur sebanyak 25 butir. Sepasang benang nafas halus yang menonjol keluar menandakan adanya telur di dalam jaringan tersebut. Telur berwarna putih krem. Stadia telur sekitar 6 - 7 hari.

3. Acrocercops syngramma Meyrick (Lepidoptera: Lithocolletidae)
Species ini dikenal sebagai ulat pengorok daun yang polifag dan lebih menyukai daun muda. Ulat pengorok daun ini muncul pada fase vegetatif pertumbuhan tanaman. Akibat serangan akan terjadi liang yang berliku-liku pada daun yang dimakan. Ulat akan membuat lubang keluar pada epidermis daun, setelah lebih kurang dua minggu ulat memakan jaringan mesofil daun sehingga lapisan epidermis mengelupas. Bila hal ini terjadi maka ulat akan keluar dari rongga daun dan membuat rongga baru. Selanjutnya bagian daun yang dimakan akan kering dan gugur. Telur diletakkan oleh induknya satu persatu pada permukaan daun-daun muda, berbentuk bulat telur dan pipih. 

Ulat
Ulat yang baru menetas berwarna putih, segera mengorok di antara epidermis daun bagian atas dan bawah. Instar muda ulat ini berwarna hijau kekuningan, sedang instar tuanya berwarna jingga dan akhirnya merah dengan panjang sekitar 6 mm. Ulat-ulat yang muda berdiam dalam daun-daun muda sehingga daun tampak bengkok-bengkok. Akhirnya ulat menjatuhkan diri ke tanah untuk memasuki masa pupa.

Pupa
Pupa terjadi di dalam tanah. Stadia pupa sekitar 7 - 9 hari.

Imago
Imago berukuran kecil, warna hiiau/kelabu perak. 

4. Nephopteryx sp. (Lepidoptera: Pyralidae)
Ulat-ulat muda hama ini menyerang sambungan antara buah dan biji , menggerogoti epidermis, dan kemudian membuat liang di dalamnya. Mulut-mulut liang tersebut sangat kecil dan disumbat dengan hasil ekskresi. Semua fase buah sejak awal sampai akhir pembuahan dapat diserang dan dapat membusukkan biji dan buah.
 
5. Aphis nigricans Van der Goot (Homoptera: Aphididae)
Salah satu kutu yang sering ditemukan pada tanaman jambu mete, yaitu A. nigricans. Gejala kerusakan akibat serangan kutu ini belum nyata terlihat. Kutu ditemukan menggerombol pada pucuk daun muda. Di lapangan ditemukan baik kutu yang bersayap maupun yang tidak bersayap. Pada umumnya apabila populasi kutu masih rendah dan belum ada kompetisi tempat dan makanan, maka kutu yang ada tidak bersayap. Namun apabila populasinya sudah tinggi sehingga terjadi persaingan tempat dan makanan maka akan terbentuk kutu bersayap untuk berpindah ke tempat lain.
Kutu tersebut memiliki warna tubuh coklat tua dengan sepasang mata hitam. Tungkai berwarna keputih-putihan dengan warna hitam pada tarsus dan ujung tibia. Antena lebih pendek dari tubuh dan sedikit ditumbuhi rambut. Pada yang tidak bersayap antenanya tidak memiliki sensoria, sedang yang bersayap terdapat satu sensoria pada ruas antena yang ke-4. Kauda dan kornikel berwarna hitam. Pada kutu yang tidak bersayap kornikel lebih panjang dari kaudanya. Pada ruas kedua dari toraks dan ruas ketujuh dari abdomen terdapat bintil kecil. Aphis sp. dapat juga menyerang biji. Buah muda yang terserang akan jatuh dan kosong, sedangkan buah tua menjadi tidak penuh dan mutunya rendah. Dalam biji, ulat memakan keping
biji.

Ngengat
Ngengat mempunyai rentang sayap 15 - 20 mm. Sayap depan berwarna hitam kotor, sayap belakang berwarna putih pucat. Imago betina berwarna lebih pucat daripada yang jantan. Siklus hidup hama ini sekitar 45 - 65 hari.

Ulat
Ulat yang baru menetas berwarna merah muda dengan panjang 2,5 mm. Ulat yang telah tumbuh penuh akan jatuh ke tanah dan menjalani masa pupa.

Pupa
Pupa berada dalam kokon yang terbuat dari masa tanah dipermukaan tanah.
Stadia pupa berlangsung sekitar 8 - 10 hari.

6. Ferrisia virgata Ckll. (Homoptera: Coccidae)
Hama ini polifagus pada banyaktanaman, seperti singkong, lamtoro, kakao, kopi, jute, kapas, jeruk, tomat, dan alpukat. Kutu ini mengelompok pada ujung-ujung tunas, daun, bunga, serta buah, kemudian mengisap cairan tanaman. Serangan berat kutu ini dapat mengakibatkan gugurnya bagian tanaman yang diserang, seperti daun, dan mengeringnya bunga. Daun yang terserang dapat terjadi pada daun muda maupun daun tua. Hama ini dirangsang oleh cuaca kering dan ledakan hama dapat terjadi setelah musim kering panjang.
Pada tanaman yang terserang kutu lilin ini umumnya dijumpai kerumunan semut hitam atau semut rangrang. Hama ini sering berasosiasi dengan cendawan Capnodium sp. yang menyerang dibagian atas daun.

Nympha dan Imago
Induk betinanya bertelur 300 - 400 butir yang menetas dalam waktu beberapa jam. Nympha muda dapat bergerak dengan cepat. Nympha tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 6 minggu. Betina dewasa bentuknya khas dengan sepasang garis gelap memanjang di tengah, dan ekornya panjang seperti benang,lilin yang mengkilatserta sekresi bubukan lilin, sehingga tubuhnya diliputi oleh benang-benang putih yang dihasilkannya.
Siklus hidup seluruhnya sekitar 40 hari.

7. Wereng putih jambu mete
Lawana sp., Famili Flatidae, Ordo Homoptera
Dewasa wereng putih jambu mete Wereng putih jambu mete dapat mencapai populasi tinggi di kebun jambu
mete. Tingkah lakunya khas; jika mencoba menangkap wereng ini, dia bergerak ke kiri atau ke kanan untuk mengelilingi ranting sebelum loncat atau terbang. Gejala kerusakannya dapat dilihat jika membuka ranting – ada bekas-bekas berwarna coklat dalam ranting hijau. Inilah tempat wereng putih menusuk ranting dan mengisap cairan tanaman. Wereng putih mempunyai banyak musuh alami, termasuk tawon platygastrid Aphanomerus, lalat buas, jamur Synnematium, semut rangrang dan berbagai jenis laba-laba. Walaupun belum ada penelitian di Indonesia yang membuktikan bahwa wereng putih jambu mete menurunkan hasil kacang mete, perkiraan beberapa ahli adalah hama ini merugikan karena jumlah wereng begitu banyak dan gejala kerusakan yang ditimbulkannya. 

Daur hidup 
Telur diletakkan secara berkelompok pada daun jambu mete oleh wereng betina. Setelah menetas, nimfa mengisap cairan dari daun jambu mete. Nimfa ganti kulit beberapa kali; terakhir kali dia menjadi dewasa bersayap.

8. Sanurus indecora
Siklus hidup adalah waktu yang diperlukan serangga untuk berkembang mulai dari telur diletakkan hingga menjadi dewasa dan bertelur. Siklus hidup S. indecora belum diketahui karena dalam penelitian, serangga dewasa (imago) umumnya telah mati sebelum meletakkan telur. Imago S. indecora menyerupai kupukupu.
Tubuh dan tungkai berwarna bugenvile (Bougainvillea glabra) (Siswanto et al. 2003), gamal (Glyricidia sepium.), srikaya (Annona squamosa), ubi kayu (Manihot utilissima), juwet (Eugenia cumini), sawo (Achras zapota), jambu biji (Psidium guajava) dan lain-lain yang ada di sekitar tanaman jambu mete, tetapi serangannya rendah. Menurut Syamsumar dan Haryanto (2003), selain jambu mete, S. indecora juga menyerang belimbing (Averrhoa carombola), sirsak (Annona muricata), dan ceremai (Phyllanthus acidus), serangan terberat pada tanaman jeruk dan mangga dengan intensitas serangan rata-rata 76,66%. Selain itu, S. indecora juga ditemukan pada tanaman anis (Clausena anisata). Menurut Siswanto et al. (2003), inang asli hama ini mungkin adalah mangga, karena tanaman ini telah dikembangkan lebih dulu di NTB daripada jambu mete. 

Tanaman Inang
Selain menyerang jambu mete, S. indecora juga ditemukan pada tanaman mangga (Mangifera indica), jambu air (Eugenia aquea), jarak pagar (Jatropha curcas), jeruk (Citrus sp.), krotalaria (Crotalaria sp.), rambutan (Nephelium lappaceum), nangka (Artocarpus heterophyllus), kemudian diikuti tumpang sari jambu mete  dengan padi, serta monokultur (jambu mete saja). Di pantai, dataran, maupun  perbukitan pada pengamatan awal bulan Februari 2004, S. indecora muncul dengan  populasi berkisar 2−10%. Selanjutnya  pada bulan Maret, April, dan Mei, populasi meningkat dan setelah itu bervariasi,  bergantung pada topografi dan pola usaha tani.

Gejala Kerusakan
Nimfa dan imago S. indecora menyerang  tanaman dengan cara menusuk dan mengisap  cairan tanaman. Pada pucuk dan tangkai bunga, bekas serangan berupa titik-titik  hitam agak menonjol seperti bisul,  yang bila dibelah akan terlihat tusukan tersebut mencapai floem dan xilem (Wiratno  et al. 2003a). Akibatnya, aliran zat hara menuju bunga terganggu. Pada padat populasi  tinggi, serangan S. indecora pada  tangkai bunga dan bunga mengakibatkan  bagian tersebut mengering sehingga  bunga gagal menjadi buah. Populasi  S. indecora dengan kepadatan yang tinggi  juga menghalangi serangga penyerbuk.  Selain itu, permukaan daun banyak  ditumbuhi cendawan jelaga,  karena adanya embun madu yang dihasilkan  hama tersebut (Siswanto et al. 2002).

9. Hama-hama lainnya
Hama lain yang sering dijumpai pada tanaman jambu mete, seperti: ulat jengkal (Lepidoptera: Geometiidae), ulat api (Lepidoptera), ulat penjaring daun (Lepidoptera: Pyralidae), ulat penggulung pucuk (Lepidoptera: Pyrarilade), ulat bulu (Lepidoptera: Lymantriidae), kumbang daun (Coleoptera: Curculionidae), dan tungau daun (Arachnida: Tetranychidae)